Monday, 15 November 2010

Blog Entry Kucing Emas (Felis temminckii) Penunggu Hutan Sumatera yang Misterius

Bayangan dengan mata merah menyala berkelebat cepat dalam kegelapan malam diantara  pepohonan hutan tropis dataran rendah yang penuh misteri. Siluet ekornya yang panjang berayun-berayun menyesuaikan dengan liukan tubuhnya nan ramping. Sejurus kemudian samar-samar terlihat rentetan taring tajam berlumuran darah, diantara bibirnya terselip seekor burung kecil yang sudah tak berdaya.


Inilah jenis kucing yang tidak memiliki kesan lucu seperti kucing-kucing di tempat tidur kamar Anda. Kucing Emas dengan nama latin Felis temminckii. Atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Asiatic Golden Cat. Di beberapa tempat lain di Indonesia ada yang menyebutnya Harimau Kijang. Sedangkan dalam bahasa Prancis disebut Chat Dore d Asie, dalam bahasa Jerman disebut Asiastische Goldkatze dan orang Spanyol menyebutnya Gato Dorado Asiatico.
A.  Terperangkap Kamera di Habitat Asli
Habitat Kucing Emas tersebar hampir di seluruh Asia Tenggara seperti Pakistan, Kashmir, Myanmar, Thailand dan Malaysia. Sedangkan di Indonesia F. temminckii hanya pernah diketahui berada di Pulau Sumatera. Keberadaan mereka pernah terdeteksi di Taman Nasional Way Kambas, Propinsi Lampung dan Taman Nasional Batang Gadis, Propinsi Sumatera Utara serta Taman Nasional Kerinci Seblat, Propinsi Jambi melalui jepretan kamera perangkap. Habitat utamanya adalah hutan dataran rendah, hutan perbukitan sampai ketinggian lebih dari 2000 m dpl. Namun kadang-kadang satwa ini pun mengunjungi perkebunan penduduk jika kesulitan mendapatkan mangsa di hutan, hal ini sering terjadi sejalan dengan makin hancurnya hutan-hutan dataran rendah dan perbukitan khususnya di Sumatera.
B.  Gaya Hidup di Alam Liar
Seperti halnya harimau, Kucing Emas kebanyakan bersifat nokturnal dengan bergentayangan di malam hari dalam teritorinya. Kadang kala ia lebih banyak melakukan kegiatan pada siang hari, terutama di dalam kawasan hutan taman nasional yang tidak terganggu. Kucing Emas lebih menyukai berburu dan berjalan di atas tanah ketimbang memanjat pohon, meskipun ia mampu melakukannya. Gerak-geriknya sangat tenang namun penuh kewaspadaan tinggi dan terkesan amat curiga. Jika secara tiba-tiba bertemu dengan satwa ataupun Kucing Emas lain, ia akan bereaksi sangat galak.

Sejatinya Kucing Emas hidup soliter jika belum memiliki pasangan. Namun jika telah menemukan pasangannya kucing ini pun memiliki kesetiaan terhadap pasangannnya. Sehingga kegiatan berburu seringkali dilakukan bersama-sama dengan jodoh monogaminya tersebut. Kucing Emas betina dewasa tidak memperlihatkan perilaku khusus disaat berahi atau estrus, kecuali suka pasang bokong ke jantannya (genit juga yah!!). Air kencing meong ini berbau sangat pesing dan menusuk hidung. Bau pesing ini untuk pertanda bagi sesama Kucing Emas lain agar mereka bisa bertemu jodoh sekaligus mengumumkan teritori habitatnya.

C.  Kehidupan terus Berputar
Di dalam kurungan masa hidup F. temminckii mencapai 11 sampai 17 tahun. Sedangkan masa kehamilannya kira-kira mencapai 3 bulan. Saat melahirnya bayi yang terlahir berjumlah antara 1 hingga 3 ekor. Anakan Kucing Emas dipelihara sang induk dengan air susu sendiri hingga berumur 6 bulan. Setelah itu baru disapih dan kucing emas muda pun hidup sendirian hingga matang kelamin dan menemukan jodohnya sendiri.

Meskipun termasuk satwa predator, namun di habitatnya Kucing Emas terkadang juga menjadi buruan bagi kerabatnya Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrana) dan Macan Dahan (Neofelis nebulosa) yang tubuhnya berukuran lebih besar dan ganas. Tentu saja F. temminckii muda yang baru berpisah dari induknya harus berhati-hati. Gerakan lincah dan gesit di tanah dan pandai berjalan di dahan pohon mungkin salah satu keunggulan kucing itu bersaing dengan predatornya.

D.  Mitos Gaib yang Merugikan
Kucing Emas merupakan salah satu satwa yang banyak dikeramatkan oleh penduduk lokal. Banyak mitos-mitos yang beredar dikalangan masyarakat lokal mengenai satwa buas ini. Dikalangan penduduk Sumatera Bagian Selatan misalnya, Kucing Emas terkenal sebagai binatang yang bertuah. Bagian-bagian tubuhnya sering dijadikan jimat dan barang penangkal bala (kecelakaan). Bulu kumis dan kuku cakarnya dipercaya mampu menangkal teluh atau santet dari dukun jahat. Dan jika berhasil memakan dagingnya, menurut kepercayaan setempat maka badan orang itu dijamin tahan bacokan golok tajam. Bahkan yang memakan dagingnya diyakini penduduk lokal akan memiliki gerakan segesit Kucing Emas dan tidak mudah terlihat oleh mata orang-orang normal.

Tidak hanya di Sumatera, bahkan di Myanmar Kucing Emas atau lazim disebut warga setempat sebagai kya min, adalah satwa yang dapat membawa berkah. Konon katanya, kalau menyimpan bulunya meskipun hanya selembar, dijamin akan ditakuti satwa liar lainnya. Sedangkan di Thailand, sua fai (sebutan masyarakat lokal untuk Kucing Emas), kucing ini dianggap sebagai binatang keramat, yang keluar dari lubang persembunyiannya bersamaan dengan warna terang emas mentari senja.

E.   Lahirnya Harapan Baru
Kucing Emas di hutan-hutan tropis Sumatera Bagian Selatan seperti Lampung, Bengkulu, Palembang, dan Jambi pernah dianggap tinggal cerita kosong saja sejak tahun 1970-an. Namun setelah berpuluh-puluh tahun kemudian saat kamera perangkap di Taman Nasional Way Kambas menangkapnya pada tanggal 28 Oktober 1995 dan tercetak fotonya, harapan muncul kembali. Dunia konservasi satwa liar pun tersenyum melihat kejadian tersebut.

Namun apalah arti sebuah senyuman tanpa langkah-langkah kongkrit untuk menyelamatkan keberadaan satwa yang anggun ini. Perlu diingat bahwa saat ini F. temminckii memiliki status Terancam Punah menurut IUCN dan Apendiks I dalam CITES. Selain tetap berusaha keras untuk menjaga habitat dan keeksistensiannya di alam liar agar jumlah populasi yang tersisa di alam tidak berkurang. Perlu juga usaha-usaha untuk memanajemen F. temminckii yang sudah terlanjur berada di luar habitatnya secara bijaksana. Misalnya dengan mengawinkannya yang bertujuan untuk menambah jumlah popuasinya.

Pada tanggal 14 Juli 2001 Taman Safari Indonesia pernah mencoba untuk mengawinkan sepasang Kucing Emas hasil sumbangan. Dan hasilnya pada tanggal 4 November 2003 lahirlah seekor bayi mungil F. temminckii betina yang pertama dan pada 1 Juni 2004 lahir kembali bayi yang kedua dengan jenis kelamin jantan. Langkah ini tentu sangat menggembirakan dan menjadi prestasi tersendiri.

F.   Ancaman Paling Serius
Tak heran jika siapapun akan mengagumi keindahan bulu emas yang membalut tubuh langsing sang kucing. Pesona yang dimilikinya memang sungguh luar biasa. Hal ini menyebabkan para penikmat semu keindahan satwa liar berusaha untuk memilikinya sendiri tanpa peduli pada kelangsungan hidupnya. Di pasaran gelap harga seekor Kucing Emas dewasa mencapai 10 juta rupiah, dan jika sepasang harganya semakin melonjak mencapai 30 juta rupiah.

F. temminckii merupakan satwa liar yang sangat misterius, relatif sulit untuk dilihat dan jarang terdokumentasi. Disamping itu, sedikit sekali pengetahuan dan literatur mengenai perilaku dan ekologi jenis ini termasuk populasinya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi peneliti-peneliti muda Indonesia untuk melakukan observasi sehingga diperoleh data yang lebih akurat tentang kebaradaan Kucing Emas di alam liar. Itu mutlak diperlukan untuk terus mengawal spesies langka ini agar keberadaannya tidak hanya tinggal cerita.

ARI RAKATAMA, Konservasionis pada Balai Konservasi SDA Lampung



2 comments:

Anonymous

Saya sangat suka situs Anda. Excellent konten. Silakan lanjutkan posting cotent mendalam tersebut.

Anonymous

Ini masalah saya benar-benar dipecahkan, terima kasih!.

  © Blogger template 'Hypnoticat' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP